Modis dan mengadung nilai historis, pakaian tradisional dari era kolonial kembali menjadi trendi pada saat ini
Di era penjajahan dulu, ada kalanya busana bisa berperan sangat penting sepenting agama. Selain sebagai pembalut tubuh, sarung kopiah, selendang, kebaya dan atribut busana lainnya bisa dijadikan sebagai alat untuk menyatukan berbagai kalangan dan dapat pula sebagai pemicu konflik.
Meski begitu perannya sebagi produk kebudayaan masih dipergunakan dan diperbaharui sampai saat ini, evolusi bentuknya yang cantik telah memberikan inspirasi bagi para desainer, dipamerkan disejumlah peragaan busana, dan menjadi corporate costume di beberapa outlet hiburan.
Berikut adalah beberapa elemen-elemen fashion yang dari masa penjajahan yang masih terus menerus dipergunakan dan diperagakan baik dalam kehidupan sehari-hari atau etalase-etalase busana
1. Sarung

Sarung merupakan bagian dan busana tradisional Indonesia yang langgeng sampai saat ini. Diperkenalkan di Nusantara ini bersamaan dengan berkembangnya ajaran Islam ke Indonesia, sarung menjadi simbol perlawanan di masa kolonial. Sarung identik dikalanagan Islam namun juga di daerah-daerah lain seperti Toraja dan Bali.
Kain lebar yang diikat di pinggang sehingga membentuk selubung sampai kepangkal kaki ini pada masa itu identik dengan rakyat, atau kalangan yang tidak berpakaian selayaknya orang Belanda dan kalangan berada. Sarung kemudian berkembang dengan bermaccam motif, ukuran dan kegunaannya di masing-masing daerah Indonesia
2. Kebaya
Menurut Jean Gelman Taylor, sejarawan Perancis kebaya merupakan kostum bagi semua kelas sosial pada abad ke 19 di Indonesia, kebaya dikenakan bukan hanya wanita pribumi saja namun wanita-wanita Belanda dan keturunannya.
Kata kebaya berasal dari bahasa arab yang artinya baju bagian atas, dan diperkirakan orang-orang Arab memperkenalkan jenis pakaian ini ke wilayah Nusantara berbarengan dengan masuknya bangsa protugis.
Versi lain menyebutkan blus wanita yang ditutup dibagian tengahnya ini diperkenalkan oleh peranakan Cina yang mendiami wilayah-wilayah Asia Tenggara.
3. Selendang
Pada masa penjajahan dulu, selendang merupakan simbol pakaian rakyat yang biasa dikenakan berpadu jarik atau tapih. Jarik atau tapih merupakan pembalut atau busana utamanya, semetara selendang senantiasa berupa busana pelengkap yang melambangkan kehormatan, keanggunan dan keindahan wanita.
Kain yang seringkali berwujud menjulur di bagian depan pakaian wanita ini memilki nama dan coraknya masing-masing di berbagai daerah dari zaman ke zaman, kini selendang juga masih menjadi atribut penting pakaian nasional.
4. Kopiah
Selain sarung, kopiah juga menjadi atribut busana yang sempat menjadi simbol perlawanan di masa penjajahan. Pelopor pergerakan dan aktivis pemuda suka menggunakan penutup kepala yang umumnya terbuat dari beludru ini sebagai ciri keIndonesiaan mereka.
Kita lihat saja dari bapak Moh. Yamin, Agus Salim dan Soekarno adalah contoh dari perintis dan pendiri bangsa yang dikenal konsisten menggunakan kopiah. Dalam buku otobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, Bung Karno bercerita bagaimana ia bertekad menggunakna kopiah sebagai simbol pergerakan. Sampai hari ini, kopiah merupakan salah satu atribut busana yang mencerminkan identitas nasional.
sumber: majalah mandiri prioritas
0 komentar:
Posting Komentar